Selasa, 25 Desember 2012

Cara mempercepat laptop yang lambat


Siapa yang tak kesal jika komputer, laptop atau PC nya berjalan dengan lambat. Pasti kita semua menginginkan kalo laptp kita berjalan dengan mulus n cepat. apakah jika laptop kita berjalan dengan lambat kita harus membawanya ke tempat servis atau membuangnya untuk menggantinya yang baru??
saya rasa tidak,mungkin sebagian besar dari kita menganggap bahwa ini adalah sebuah virus. Belum tentu computer yang kerjanya lambat disebabkan oleh virus-virus yang menyebar keseluruh program yang ada. Lantas, apa yang menyebabkan computer memiliki performa yang lambat.
Berikut akan dibahas masalah-masalah yang menyebabkan kinerja computer menjadi lambat.



  • Masalah yang paling utama emang di dalamnya terdapat virus, spyware, dan Trojan.
  • Banyak terdapat registry yang rusak.
  • Banyak terdapat Temporary Internet Files yang bisa mengakibatkan memory penuh.
  • Banyak terdapat start up program.
  • Susunan disk drivenya tidak beraturan karena tidak pernah didefragmenter.
  • Banyak service yang tidak dibutuhkan menyala.
  • Anti-Virus ada yang sedang berjalan (Scanning otomatis setelah start up).
  • Banyak program dobel. Misalnya CorelDRAW X3 dan COrelDRAW X5 terpasang bersama. Hal ini bisa mengakibatkan computer crash.
  • Komputer yang tidak memiliki VGA dipaksakan untuk menjalankan Windows Aero yang seperti Kita ketahui bahwa Windows Aero dapat bekerja dengan baik apabila ada Graphic Card minimal 128MB.
  • Antara OS dan spesifikasi yang ada tidak mumpuni. Misal Intel Pentium kecepatan 1,3 GHz tetapi terpasang OS Windows 7.
Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah-masalah diatas. Tenang. Jangan tergesa-gesa. Berikut akan diulas cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah diatas.
  • Scan habis virus, spyware, dan Trojan yang ada. Disarankan untuk memakai McAfee AntiVirus Enterprise untuk membasmi virus dan Trojan dari luar, Super AntiSpyware untuk menghapus spywarenya, dan Smadav untuk anti virus yang di dalam negeri.
  • Registry yang rusak, dapat diperbaiki dengan menggunakan Glary Utilities. Anda bisa mendownloadnya.
  • Temporary Internet Files merupakan file sampah. Cara menghilangkan adalah Klik kanan pada Harddisk system (biasanya partisi C:) lalu cari pilihan disk cleanup tunggu hingga proses selesai dan delete files.
  • Untuk mengatasi masalah start up program, klik start>run>msconfig. Cari tab Startup lalu hilangkan centang pada program yang tidak dibutuhkan. Untuk melakukan hal ini, tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Harus butuh pemikiran.
  • Terkadang, sebuah computer harus di disk defragment minimal 2 minggu sekali. Namun, kebanyakan user computer tidak mengetahui hal ini. Untuk defragment, sebenarnya sudah ada programnya bawaan dari Windows. Namun, alangkah lebih baiknya apabila Anda menggunakan program yang bernama O&O Defrag untuk hasil yang lebih maksimal.
  • Untuk service, kasusnya juga sama seperti pada startup. Hanya saja pada saat tampil tampilan Microsoft configuration (setelah mengetikkan msconfig pada run) cari tab yang bernama services. Tindakan ini juga perlu hati-hati.
  • Banyak orang juga tidak mengetahui bahwa automatic scanning setelah startup dapat memberatkan kinerja computer. Lebih baik hal ini dimatikan saja. Pengaturannya tergantung antivirus masing-masing.
  • Program yang dobel sebaiknya dihilangkan salah satu yang tidak cocok dengan hati Anda.
  • Jangan menggunakan fasilitas Windows Aero jika tidak memiliki VGA card yang mumpuni. Pemaksaan dapat membuat kerusakan pada hardware terutama processor karena dipaksa bekerja secara berat. Lebih baik menggunakan Windows Basic daripada pemaksaan menggunakan Windows Aero.
  • Sesuaikan antara spesifikasi dan OS yang Anda inginkan. Jangan minta Windows Vista ataupun Windows 7 Ultimate jika kecepatan processor Anda kurang dari 2,0 GHz (satu inti).




    Ada juga cara lainnya seperti dibawah ini :


    1. Dari start program pilihlah Control Panel
    2. Pilih Administrative Tools
    3. Pilih Computer Management
    4. Pilih Event Viewer
    5. Pada Sub Event Viewer carilah Application, kemudian klik kanan, pilih Clear All Events, pilih No
    6. Masih pada Sub Event Viewer carilah System, kemudian klik kanan, pilih Clear All Events, pilih No
    7. Selamat kecepatan komputer atau laptop Anda seketika akan pulih kembali
    Demikianlah Tips Trik Komputer tentang Cara Mengatasi Komputer atau Laptop Saat Lemot dan Lambat semoga membantu Anda. Terimakasih atas kunjungan Anda, semoga

Minggu, 16 Desember 2012

“PENGARUH EKSTRAK JENGKOL TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA”


LAPORAN PRAKTIKKUM ILMU GULMA
“PENGARUH EKSTRAK JENGKOL TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA”



DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
TITI WULANDARI                        D1A010041
FAJAR WILDANSYAH R             D1A010090


AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Menurut Prof Bill, gulma adalah tumbuhan yang salah tempat. Beliau menyatakan ada 2 pengertian yaitu : a) tumbuhan ruderal; b) tumbuhan liar. Sedangkan Mangun sukardjoe (1983), menyatakan bahwa gulma adalah tumbuhan yang mempunyai nilai (-) atau merugikan kepentingan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Kemudian Soeryani (1988) mengemukan bahwa gulma adalah sebagai tumbuhan yang peranan, poetnsi, dan hakikat kehadriannya  tidak / belum diketahui.
Sehingga secara subjektif, gulma dapat didefenisikan sebagai berikut :
1)      Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia;
2)      Semua tumbuhan yang tumbuh selain tanaman yang dibudidayakan ;
3)      Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya;
4)      Tumbuhan yang mempunyai nilai (-) terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak langsung;
5)      Tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan.

Dari berbagai pengertian gulma tersebut dapat juga diketahui pengaruh negatif gulma terhadap aktivitas tertentu dalam kehidupan, yaitu :
1.      Dapat mengakibatkan kerugian terhadap tanaman yang dibudidaya
2.      Biaya lebih tinggi, baik itu biaya herbisida mapun buruh
3.      Dampak sosial
4.      Dampak lingkungan
5.      Berkurangnya hasil baik secara kuantitas dan kualitas
6.      Gulma akam mengeluatkan zat alelopati yang dapat menganggu tanaman
7.      Gulma akan bisa menjadi inang sementara bagi hama dan patogen
8.      Gulma dapat mengganggu tata guna air, yakni aliran air dapat terhambat, biji –biji gulma ikut mengalir ( penyebaran biji gulma)
9.      Mengganggu saat panen
10.  Mengganggu estetika ( mengurangi nilai keindahan)

           Maka secara umum dengan kehadiran gulma ini akan meningkatkan biaya petani, karena pengendaliannya. Saat ini pengendalian gulma masih terbatas sejauh dengan pemanfaatanya yang belum diketahui. Namum tidak jarang para peneliti yang memanfaatkan gulma sebagai pengendalian hayati bagi serangga hama ataupun patogen. Misalnya sebagai pestisida nabati, fungisisda nabati dan lain-lain.
           Didalam pengaruh negatif gulma telah singgung mengenai zat alelopati. Zat alelopati ini bisa saja dihasilkan oleh gulma atau produk tanaman tertentu misalnya akar, batang, daun atau buah ( kulit buah). Contohnya tanaman jengkol. Jengkol atau jering dalam bahasa latin Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang seharinya dikonsumsi ±100 ton. Jengkol termasuk tanaman polong-polongan. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol merupakan tanaman yang memiliki tinggi 5-15 m, dengan ranting menggantung. Tanaman ini memiliki tangkai daun utama dan poros sirip dengan satu kelenjar atau lebih dan berambut. Bentuk daun elips atau bulat telur terbalik miring dengan ujung tumpul 1,5-5 x 1-2,5 cm. Bunga beraturan, berbilangan lima. Bongkol berbunga 15-25 pada ujung ranting dalam malai. Kelopak bergigi sampai berlekuk. Tabung mahkota berbentuk corong, dari luar berambut. Benang sari banyak, panjang lebih kurang 1 cm; tangkai sari pada pangkal bersatu menjadi tabung. Bakal buah berambut, bertangkai, merah. Polongan bulat silindris, seringkali bengkok atau menggulung dalam 1-2 puntiran, diantara biji seringkali menyempit, panjang 6-12 cm, lebar 1 cm. Biji 1-10 mengkilap berwarna hitam dengan selumbung biji putih atau ros yang tidak sempurna (Steenis; 1975). Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap setelah diolah dan diproses oleh pencernaan.
Bau ini timbul karena adanya kandungan asam-asam amino yang terkandung di dalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (S). Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau.Tetapi dalam hal ini yang berkaitan dengan pengendalian gulma adalah alelopat yang dikandung oleh jengkol, yakni pada kulit jengkol.
Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam kulit jengkol (terpenoid, saponin, asam fenolat serta alkaloid) ampuh untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Unsur tannin dan flavanoid dalam kulit jengkol ternyata sama ampuhnya dengan tannin pada tumbuhan berkayu dan herba yang berfungsi untuk memproteksi diri dari hama. Dengan adanya kandungan tannin ini, kulit jengkol kemudian memiliki potensi untuk digunakan sebagai pestisida alami setelah diracik bersama tumbuhan lainnya. Pemanfaatan limbah kulit jengkol masih jarang dilakukan, meskipun telah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dekomposisi dari kulit jengkol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu dekomposisi kulit buah jengkol selama 5 hari dapat menurunkan nyata beberapa parameter pertumbuhan empat jenis gulma penting, yaitu Echinochloa crussgalli (jajagoan), Cyperus iria (rumput menderong), Cynodon dactylon (rumput grinting) dan Alternanthera sessilis (kremah) (Enni Suwarsi, 2002).
           Artinya kandungan alelopat dalam kulit jengkol mampu menghambat pertumbuhan gulma tertentu. Hal inilah yang mendasari penulis untuk membuktikan hal tersebut dengan melakukan percobaan (praktikkum) yang berjudul  Pengaruh Ekstrak Jengkol Terhadap Pertumbuhan Gulma”.




1.2        Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi gulma yang tumbuh pada lahan berkstrak jengkol, serta mengetahui efek pemebrian ekstrak jengkol terhadap pertumbuhan gulma.  



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jengkol dan Kandungannya
            Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui memiliki senyawa bioaktif antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, asetogenin, fenil propan, dan tannin yang berfungsi sebagai insektisida dan repelen (Campbell, 1933, Burkill, 1935). Sedikitnya sudah ada 2000 tumbuhan dari berbagai famili yang dilaporkan dapat berpengaruh buruk pada organisme pengannggu tanaman (Grainge dan Ahmed, 1988; Prakash dan Rao, 1977), diantaranya tedapat paling sedikit 850 jenis tumbuhan yang aktif terhadap serangga (Prakash dan Rao, 1977). Jengkol merupakan tanaman yang memiliki tinggi 5-15 m, dengan ranting menggantung. Tanaman ini memiliki tangkai daun utama dan poros sirip dengan satu kelenjar atau lebih dan berambut. Bentuk daun elips atau bulat telur terbalik miring dengan ujung tumpul 1,5-5 x 1-2,5 cm. Bunga beraturan, berbilangan lima. Bongkol berbunga 15-25 pada ujung ranting dalam malai. Kelopak bergigi sampai berlekuk. Tabung mahkota berbentuk corong, dari luar berambut. Benang sari banyak, panjang lebih kurang 1 cm; tangkai sari pada pangkal bersatu menjadi tabung. Bakal buah berambut, bertangkai, merah. Polongan bulat silindris, seringkali bengkok atau menggulung dalam 1-2 puntiran, diantara biji seringkali menyempit, panjang 6-12 cm, lebar 1 cm. Biji 1-10 mengkilap berwarna hitam dengan selumbung biji putih atau ros yang tidak sempurna (Steenis; 1975).
Pemanfaatan limbah kulit jengkol masih jarang dilakukan, meskipun telah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dekomposisi dari kulit jengkol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu dekomposisi kulit buah jengkol selama 5 hari dapat menurunkan nyata beberapa parameter pertumbuhan empat jenis gulma penting, yaitu Echinochloa crussgalli (jajagoan), Cyperus iria (rumput menderong), Cynodon dactylon (rumput grinting) dan Alternanthera sessilis (kremah) (Enni Suwarsi, 2002).
Dari hasil penelitian (Rahayu dan Pukan,1998) diungkapkan bahwa kandungan senyawa kimia dalam kulit jengkol yaitu alkaloid, terpenoid, saponin, dan asam fenolat.
2.2 Gulma dan Ekstrak Kulit Jengkol

Gulma merupakan bagian dari kehidupan pertanian sehari-hari. Dengan adanya gulma ini, petani jadi menyisihkan sebagian dana dan tenaga untuk menyingkirkannya. Memang gulma merupakan tanaman yang kontrofersial, meskipun harus tergantung dari segi mana meninjaunya. Petani dalam suatu sistem pertanian ingin mencapai hasil yang menguntungkan dan maksimal. Sehingga pada anggapannya untuk mencapai tujuan itu lahan harus selalu bersih dan bebas dari
gulma. Penurunan hasil dari gulma dapat mencapai 20 – 80% bila gulma tidak
disiangi (Moenandir, 1993).
Ada beberapa cara pengendalian gulma diantaranya pengendalian secara
kimia yang dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida berarti suatu
senyawa kimia yang digunakan sebagai pengendali gulma tanpa mengganggu
tanaman pokok. Dengan semakin pesatnya penggunaan herbisida kimia lama
kelamaan menimbulkan efek negatif bagi tumbuhan, maka petani berusaha untuk
mendapatkan senyawa-senyawa yang baru yang berpotensi untuk menjadi salah satu herbisida yang dapat dikomersialkan. Dalam pembuatan herbisida ini yang menjadi masalah adalah mahalnya biaya pembuatan dan registrasi herbisida serta terbatasnya sumber-sumber bahan baku yang tersedia. Selain itu penggunaan herbisida kimia secara terus menerus akan mengakibatkan resistennya suatu gulma tertentu. Untuk itu perlu dicari alternatif lain seperti halnya dengan penggunaan senyawa alelopati sebagai bioherbisida (Sukman, 1995).
Jengkol (Pithecelobium jiringa) merupakan salah satu lalapan yang sangat
digemari orang. Selama ini kita mengkonsumsi jengkol dalam bentuk biji setelah
dipisahkan dengan kulitnya sedangkan kulit jengkol merupakan limbah yang tidak
mempunyai nilai ekonomi dan dibuang begitu saja. Oleh sebab itu upaya
pemanfaatan kulit buah jengkol untuk mengendalikan gulma tidak saja menekan
biaya pengeluaran dalam usaha pertanian, tetapi juga merupakan salah satu upaya
memanfaatkan limbah organik. Berdasarkan uji senyawa kimia, ternyata kulit jengkol
yang didekomposisi selama lima hari banyak mengandung senyawa penghambat,
yaitu berbagai macam asam lemak rantai panjang dan fenolat (Enni dan Krispinus,
1998), Dua golongan senyawa ini termasuk kedalam senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain (Enni, 1998 cit Einhellig, 1995).
Penelitian mengenai potensi kulit buah jengkol sebagai herbisida alami pada
pertanaman padi sawah telah dilakukan pada lahan pertanian di Semarang. Dalam
penelitian tersebut sawah yang tergenang air setinggi 5 cm ditebarkan dengan kulit
jengkol yang telah diiris melintang setebal 1 cm sebanyak 1 kg per meter persegi.
Dari penelitian ini terbukti kulit jengkol dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun informasi mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak kulit jengkol (Pithecelobium jiringa (jack) Prain ex King) terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa) belum pernah dilaporkan. Maka untuk melengkapi informasi tersebut dilakukan penelitian yang berjudul Vigor Padi (Oryza sativa) Dengan Pemberian Beberapa Konsentrasi Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecelobium jiringa (jack) Prain ex King).
                            























BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu
            Tempat : lahan percobaan fakultas pertanian, universitas jambi
            Waktu : praktikum ini dilaksanakan mulai dari tanggal                                       sampai dengan                     2012

3.2 Alat dan Bahan
            Cangkul per kelompok masing-masing 1 buah
            Gunting
            Lesung ( gilingan kulit jengkol) 1 buah
            Pisau atau parang
            Plastik ukuran 5 kg
Tali rapiah 1 rol kecil
Baskom  besar 1 buah
Penggerus (untuk menggerus tumbukan kulit jengkol dalam lesung)
            Kulit jengkol 1 kg
            Air 5 liter per kosentrasi tiap kelompok
           
3.3 Langkah Kerja
1. Siapkan lahan berukuran 120cm x 100cm. Kemudian bersihkan dan buat hingga membentuk bedengan, ini dilakukan oleh tiap-tiap kelompok.
2. Lahan diolah dengan menggeburkan tanahnya.
3. siapkan kulit jengkol sebanyak 1 kg, tumbuk menggunakan lesung hinga halus ( alelopati nya keluar).
4. Tiap kelompok mengambil tumbukan kulit jengkol sesuai konsentrasinya, yaitu;600g,500g, 400g, 300g,200g,dan 100g. Tiap-tiap konsentrasi diberi  volume air 5 liter.
5. Ekstrak kulit jengkol tersebut direndam dalam volume air tersebut dan dibiarkan selama 2 minggu.
6. Seteah ekstrak jengkol siap, segera aplikasikan ke petakan  yang telah diolah ( digemburkan) dan yang diberi label A. Label A untuk petakan yang diberi ekstrak jengkol sebelum gulma tumbuh. Sedangkan B untuk petakan yang diaplikasi ekstrak jengkol setelah 10 hari pengolahan petakan atau 10 hari setelah aplikasi ke petakan A.
7. Petakan dibiarkan selama seminggu dan diamati tiap perubahan serta perbedaan petak A dan B. Catat jumlah gulma yang ada pada masing-masing petakan.
8. Petelah 10 hari, di beri ektrak jengkol dengan konsentrasi yang sama dengan petakan A.
9. Amati gulma yang tumbuh dan hitung pula jumlahnya pada masing-masing petakan.
10. Buatlah laporannya.









                                                                                               











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel pengamatan
No
Jenis gulma
Jumlah gulma
Keterangan
Petakan A
Petakan B
P.I
P.II
P.I
P.II
1
A
137
152
181
209

2
B
-
-
17
21

3
Mimosa pudica
46
37
93
102

4
Teki—tekian
156
177
359
405

5
Paspalum conjugatum Berg
6
11
10
17

6
Meniran
3
7
15
21

7
Belimbing tanah
1
3
2
7

Jumlah
349
387
677
782


Keterangan      :
P.I                                : Pengamatan I ( aplikasi ekstrak kulit jengkol langsung setelah lahan diolah).
P.II                  : Pengamatan II ( aplikasi ekstrak kulit jengkol 10 hari setelah lahan diolah).
A dan B          : Jenis gulma berdaun lebar yang belum diidentifkasi jenisnya.
Petakan A       : Petakan dengan aplikasi ekstrak kulit jengkol langsung setelah       lahan diolah
Petakan B       : Petakan dengan aplikasi ekstrk kulit jengkol




4.2.1 Pembahasan
Berdasarkan data yang didapat dari lapangan mengenai pertumbuhan gulma dengan disertai aplikasi ekstrak kulit jengkol dapat pula diketahui bahwa melihat dari jumlah P.I dan P.II pada sebelum gulma tumbuh ( petakan A) dan setelah gulma tumbuh (Petakan B). Ternyata gulma jumlah gulma yang tumbuh pada petakan A lebih sedikit dibandingkan gulma yang tumbuh di petakan B. Tetapi gulma yang tumbuh pada petak perlakuan justru berbanding terbalik dengan control perlakuan. Pada control perlakuan gulma yang tumbuh jauh lebih sedikit, tidak banyak gulma yang tumbuh. Seharusnya pada control gulma lebih banyak agar perbedaan aplikasi ekstrak jengkol dengan non-aplikasi ekstrak jengkol terlihat jelas adanya pengaruh ekstrak jengkol sebagai alelopati pengahambat pertumbuhan gulma. Tetapi ada beberapa hal yang terjadi dilapangan yang tidak sesuai dengan dugaan. Yakni gulma pada petakan  B justru menjadi lebih subur setelah diberi ekstrak kulit jengkol.
Kemungkinan besar pemberian ekstrak jengkol pada petakan B ini, yang bekerja dari ekstrak kulit jengkolnya adalah auksin. Sementara alelopati nya tidak bekerja. Juga dapat dikarenakan pada pengaplikasian ekstrak kulit jengkol yang disiram dipermukaan tanah, tidak tercampur dengan tanah. Sehinggga tidak diserap akar dan tidak tersimpan. Ampas-ampas ekstak kulit jengkol juga tertabur diatas petakan B. Sedangkan pada Petakan A gulma yang tumbuh memang jauh lebih sediki. Dan hal ini benar menunjukan benar adanya pengaruh alelopati ekstrak jengkol yang diaplikasikan sebelum gulma tumbuh. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena pada petakan B aplikasi ekstrak kulit jengkol langsung diberikan setelah tanah diolah, sehingga ekstrak tersebut tersimpan didalam tanah, dan biji-biji gulma yang ada didalam tanah sulit untuk tumbuh.
            Di galangan antar petakan banyak didominasi gulma berdaun sempit, jika dibandingkan dengan petakan yang ada beberapa gulma yang tumbuh adalah gulma berdaun lebar. Hal tersebut terjadi, kemungkinan besar karena bentuk cekatan—cekatan antara petakan satu dengan yang lainnya agak cekung, sehingga ketika hujan kandungan air di galangan dengan di petakan berbeda. Bisa saja di galangan kandungan airnya lebih banyak, dan terus dalam keadaan lembab (berair) biasanya gulma yang tumbuh dalam keadaan tanah berkandungan air tinggi dan terdapat pada tempat terbuka adalah jenis gulma yang berdaun sempit. Contohnya pada galangan di persawahan, banyak gulma berdaun sempit yang mendominasi. Dipetakan juga kebanyakan gulma berdaun sempit, namun ada sebagian yang berdaun lebar.
            Namun secara ketidaksesuaian keadaan dilapangan dengan dugaan awal serta tujua kemungkinan besar disebabkan mulai dari pengolahan ekstrak kulit jengkol yang tidak sesuai prosedur. Pembuatan ekstrak kulit jengkol tidak sekaligus, sehingga ada sebagian kulit jengkol yang sudah agak kering, dan membuat kandungan alelopati nya berkurang. Kemudian dari aspek konsentrasi pemberian ekstrak kulit jengkol. Perhitungan yang kurang tepat membuat salah satu perlakuan pada percobaan ini justru menjadi galat. Karena perbandingan jumlah gulma yang tumbuh pada konsentrasi 200g justru lebih banyak dibandingkan konsentrasi 100g. Seharusnya pada konsentrasi 200g gulma yang tumbuh lebih sedkit daripada konsentrasi 100g.
Selanjutnya pada pengolahan tanahnya, tanah yang akan diaplikasi pada petakan B tidak duegmburkan terlebih dahulu. Sehingga ekstrak kulit jengkol tidak tersimpan didalam tanah. Dan justru mengalir kebawah (galangan) dan itu juga dapat menyebabkan gulma yang tumbuh digalangan menjadi lebih subur, kemungkinan karena pengaruh auksin dari ekstrak kulit jengkol tersebut.













BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Maka berdasarkan data dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh ekstrak jengkol terhadap pertumbuhan gulma yakni dapat mengurangi persentase tumbuhnya gulma atau menghambat pertumbuhan gulma dan mampu menjadi zat pengatur tumbuh apabila pengaplikasiannya tidak disertai pengolahan yang benar, sehingga gulma justru menjadi subur. Herbisida yaitu suatu senyawa kimia yang digunakan sebagai pengendali gulma tanpa mengganggu tanaman pokok. Dengan semakin pesatnya penggunaan herbisida kimia lama kelamaan menimbulkan efek negatif bagi tumbuhan, maka petani berusaha untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang baru yang berpotensi untuk menjadi salah satu herbisida yang dapat dikomersialkan.

















Lampiran
Denah petakan percobaan ( praktikum)

KONTROL
 
Kelompok 3
 
Kelompok 2
 
Kelompok 1           
 
Kelompok 4
 
Kelompok 5
 
B
 
B
 
B
 
Kelompok 6
 
A
 
A
 
A
 
A
 
B
 
B
 
B
 
A
 
A