Minggu, 20 Januari 2013



Nematoda Pratylenchus pada tanaman
Nilam (Pogostemon cablin Bent.)



DI SUSUN OLEH :

Fajar Wildansyah Ritonga
Putri Puspita Sari
Kartasiah
Sri Rahayu Ningsih
Budi andrianto

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nematoda merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai jenis tanaman utama di Indonesia dan negara-negara tropis lainnya.  Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di seluruh dunia dapat mencapai US$ 80 milyar per tahun (Price, 2000). Meskipun demikian di Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit, kurang disadari baik oleh para petani maupun para petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan oleh gejala serangan nematoda yang sulit diamati secara visual karena ukuran nematoda yang sangat kecil. Selain itu gejala serangan nematoda berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang.
Serangan nematoda dapat mempengaruhi proses fotosintesa dan transpirasi serta status hara tanaman (Evans, 1982; Melakeberhan et al., 1987). Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu serangan nematoda dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lainnya seperti jamur, bakteri dan virus. Akibat serangan nematoda dapat menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, dan kualitas produksi.
Nilam (Pogostemon cablin Bent) merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri dengan nilai ekonomi tinggi baik sebagai penghasil devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam memberikan sumbangan terbesar terhadap perolehan devisa dari komoditas atsiri. Pada tahun 2003, Indonesia mengekspor sekitar 3190 ton minyak nilam dengan nilai sekitar 23.14 juta US$ (BPS 2003). Masalah utama yang dihadapi petani nilam adalah menurunnya produksi setelah 3-4 kali panen, sehingga petani memindahkan lokasi tanam ke tempat lain. Menurunnya produksi nilam antara lain disebabkan oleh adanya serangan nematoda parasit tanaman yang dikenal dengan penyakit daun merah atau kuning. Hasil penelitian di beberapa daerah sentra pertanaman nilarn ditemukan beberapa jenis nematoda di antaranya Pratylenchus brachyurus, Rotylenchulus, Meloidogyne incognita, M. hapla, Radopholus similis, Scutellonema, Helicotylenchus, Hemicriconemoides, dan Xiphinema (Djiwanti & Momota 1991). Di antara jenis nematoda tersebut Pratylenchus brachyurus sangat luas penyebarannya dan berperan dalam menimbulkan penyakit pada tanaman nilam (Harni & Mustika2000).
Penyakit layu bakteri, budok, dan nematode merupakan kendala dalam meningkatkan produksi nilam di lapangan. Dari ketiga penyakit tersebut, penyakit yang disebabkan oleh nematoda merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas, hampir di seluruh sentra produksi nilam seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Jawa Barat. Infeksi nematoda akan mempengaruhi kesehatan tanaman karena mengganggu proses fisiologi dan menjadi penghambat terhadap produksi.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Morfologi Nematoda
Tanah yang ada di sekitar kita, di dalamnya terdapat berbagai macam makhluk hidup. Kita ambil tanah kemudian kita pisahkan jasad hidup dengan air, maka di antara jasad renik yang ada terdapat binatang yang memanjang seperti cacing, itulah nematoda. Menurut Dropkin (1991), nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani, yang artinya benang) berbentuk memanjang, seperti tabung, kadang- kadang seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular. Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad hidup berair. Filum nematoda merupakan kelompok besar kedua setelah serangga apabila didasarkan atas keaneka-ragaman jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak zaman purba sebagai parasit pada manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih baik ditemukan dan para ahli hewan abad kesembilan belas mengeksplorasikan makhluk hidup dalam lingkup yang luas, maka nematoda dilupakan.
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200-1.000 mikron ( 1.000 mikron = 1 mm). Namun, ada beberapa yang panjangnya sekitar 1 cm. nematoda biasa hidup di dalam atau di atas tanah. Umumnya nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam tanah terdapat di dalam jaringan tanaman atau di antara daun-daun yang melipat, di tunas daun, di dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman lainnya. Nematoda juga ada yang hidup di dalam tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar tanaman (ektoparasit).
Jenis nematoda yang saprofit sangat menguntungkan Karena mempercepat proses tanaman yang telah mati menjadi tanah. Ada juga nematoda yang menjadi parasit, khususnya parasit pada tanaman (Bridge et al.,1995). Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan tanaman, sehingga mengakibatkan penurunan produksi, yang akhirnya merugikan petani. Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen. Hal ini akan menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen. Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang.
Penyakit luka akar diduga kuat telah menyerang tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) di Kabupaten Merangin, Jambi.   Penyakit ini pada awalnya dilaporkan sebagai penyakit layu bakteri.  Namun berdasarkan hasil identifikasi lanjutan petugas pengamat ke lapangan, terhadap gejala yang ditimbulkan pada tanaman nilam yaitu tanaman kerdil, daun-daun kekuningan, selanjutnya kemerahan dan gugur sehingga tanaman menjadi merana kemudian mati, diperkirakan penyebabnya adalah nematoda.  Gejala khas lainnya yaitu pada saat akar di cabut, pada pangkal batang terlihat segumpal akar dengan pertumbuhan yang abnormal, kulit-kulit akar terkelupas sehingga terlihat kekuningan.  Menurut Semangun (2000), akar yang terserang Pratylenchus spp. dengan cepat mengadakan regenerasi sehingga timbul akar serabut sekunder yang abnormal.  Tanaman nilam di tanam juga secara tumpang sari dengan tanaman kopi, sehingga diduga kuat tanaman nilam terserang nematoda Pratylenchus spp.
Menurut petani di Desa Tanjung Dalam Kec. Lembah Masurai, serangan penyakit akar ini sudah beberapa tahun menimpa petani nilam di Jambi, sehingga produktivitas tanaman nilam menjadi rendah yang pada akhirnya menyebabkan banyak petani enggan menanam nilam.  Penurunan luas areal tanam nilam sampai saat ini mencapai sekitar 10% dari sekitar 1000 ha lahan yang ditanami nilam. 
Serangan nematoda pada tanaman nilam di Jambi dilaporkan dapat mengurangi berat bagian atas tanaman (batang, daun, ranting) sampai 72%, dan varietas Sidikalang yang ditanam petani yang seharusnya mampu menghasilkan minyak nilam minimal 150 kg/ha, saat ini hanya mencapai maksimal 50 kg/ha (Anonim. 2011).  Hal ini dikarenakan rusaknya akar sehingga menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, stomata menutup, laju dan proses fotosintesa menurun, pertumbuhan tanaman terhambat, produktivitas dan mutu rendah. 
Pengendalian yang dilakukan oleh petani selama ini hanya secara mekanis yaitu dengan mencabut tanaman yang sakit kemudian membakarnya.  Terbatasnya cara pengendalian yang dilakukan petani ditengarai karena kurangnya informasi yang sampai ke petani.

2.1  Pratylenchus brachyurus
Pratylenchus brachyurus merupakan nematoda yang berukuran sangat kecil diantara nematoda parasit tumbuhan lain. Lebar tubuh nematoda ini antara 40 µm hingga 160 µm, dengan panjang tubuh antara 0,4-0,7 mm, sedangkan diameter tubuh 20-25µm. Pada beberapa jenis kedua kelamin terpisah, tetapi beberapa jenis yang lain jenis kelamin jantan tidak terdapat.
Bentuk nematoda ini pada umumnya memanjang, bagian ujungan terior kepala mendatar pada gambar 1, dengan kerangka kepala yang kuat,mempunyai stilet pendek dan kuat, panjangnya 14-20 µm dengan basal knop yang jelas. Kelenjer esofagusnya tumpang tindih dengan usus pada bagian ventral. Muara lubang ekskresi berada di dekat daerah pertemuan esophagus dan usus. Vulva terdapat di daerah posterior. Betina mempunyai gonad tunggal dan mempunyai kantong pasca vulva yang pendek. Anulasinya halus dan mempunyai empat garis lateral, tetapi ada juga jenis yang mempunyai hingga delapan. Ekornya lebar, ujunya membulat dan runcing, panjang 3,5-9% dari panjang tubuh. Nematoda jantan biasanya lebih kecil dari pada yang betina.Gambar 1. A. penampang Pratylenchus,sp. melintang daerah esophagus. B.bentuk kepala yang mendatar. C. Mj=Pratylenchus,sp. Betina dan ↑ =Pratylenchus,sp. jantan
http://htmlimg1.scribdassets.com/2cr2kgxvy81bipeb/images/3-0184d39f5f.jpg

Pratylenchus brachyurus merupakan nematode endoparasit yang tersebar luas di daerah pertanaman nilam di Indonesia. Serangan nematoda P. brachyurus pada tanaman nilam menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun merah atau kekuning-kuningan dan menyebabkan luka nekrosis pada akar rambut dan kadang-kadang akar membusuk (Mustika et al. 1995; Harni & Mustika 2000). Selain menghambat pertumbuhan tanaman, infeksi P. brachyurus juga mampu menurunkan kandungan klorofil dan kadar minyak,
baik pada kultivar rentan maupun agak tahan (Sriwati 1999). Kerusakan akibat serangan nematoda tersebut pada tanaman nilam dapat menurunkan hasil sampai 85% (Mustika et al. 1995).
Beberapa teknik pengendalian nematoda telah dilakukan seperti penggunaan nematisida, bahan organik, kultur teknis, dan kultivar yang resisten, tetapi belum memberikan hasil yang memuaskan. Penggunaan nematisida untuk mengendalikan nematoda pada tanaman nilam, dapat meningkatkan produktivitas tanaman hingga 25% (Mustika et al. 1995).
 Meskipun demikian, penggunaan nematisida dapat memberikan dampak negatif terhadap mutu minyak nilam, kualitas lingkungan, keseimbangan ekosistem, dan kesehatan manusia.

Klasifikasi Pratylenchus.sp
Kingdom : AnimaliaPhylum
NematodaClassis : Secernentea
Subclassis : Tylenchia
Ordo : Tylenchida
Familia : Pratylenchidae
Genus :Pratylenchus
Spesies : P.Zeae, P.Branchyurus


A.    Siklus Hidup

Pratylenchus sp. bertelur di dalam jaringan akar, pergantian kulit pertama terjadi dalam telur dan tiga kali pergantian kulit, berikutnya terjadi luar (setelah menetas). Masa telur 15-17 hari, 3 kali ganti kulit. Masa pro oviposisi 15 hari, sehingga masa satu generasi 45-48 hari Proses ganti kulit (molting) pada Pratylenchus brachyurus.Telur yang apabila menetas akan muncul larva stadia kedua,diletakan secara berkelompok tetapi terpencar di dalam akar dan tanah.Semua stadia bergerak di antara akar dan tanah. Pratylenchus brachyurus berkembang biak lebih baik di dalam akar tanaman yang pertumbuhannya tidak baik.

B.     Cara Nematoda Menyerang Akar dan Pengaruhnya terhadap Tanaman
Nematoda menyerang akar tanaman hingga dapat menimbulkan  kerusakan mekanis. Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang.
Gejala serangan nematoda secara umum yaitu tanaman nilam menunjukan gejala kerdil, daun-daun kekuningan, selanjutnya kemerahan dan gugur sehingga tanaman menjadi merana kemudian mati. Selain daun nilam berwarna kuning kemerahan, akar membusuk serta terdapat benjolan- benjolan akar.  Gejala kuning pada daun nilam yang terserang nematoda nampak seperti gejala kekurangan unsur N, P, dan K . Konsentrasi hidup nematoda lebih besar terdapat didalam perakaran tumbuhan inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih cepat karena tersedianya makanan yang cukup dan tertariknya nematoda oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya, telur-telur nematoda diletakan pada akar - akar tumbuhan di dalam tanah yang kemudian telur akan berkembang menjadi larva dan nematoda dewasa. Berkumpulnya populasi nematoda disekitar perakaran ini mendorong nematoda menyerang akar dengan jalan menusuk dinding sel. Nematoda dewasa terus-menerus bergerak tiap detik, tiap jam, tiap hari dan menetap di sekitar akar, dalam gerakan - gerakan tersebut nematoda menggigit dan menginjeksikan air ludah pada bagian akar tumbuhan, menyebabkan sel tumbuhan menjadi rusak. Gejala kerusakan pada akar akibat gigitan nematoda ditandai dengan adanya puru akar (gall). Luka akar, ujung akar rusak dan akar akan membusuk apabila infeksi nematoda tersebut disertai oleh bakteri dan jamur pathogen.

C.    Pengendalian
Umumnya serangan nematoda pada tanaman dapat menyebabkan penyakit kompleks, karena patogen lain seperti jamur, virus, dan bakteri dapat masuk ke jaringan akar melalui luka yang disebabkan oleh nematoda. Selama ini sistem pengendalian nematoda yang dilakukan adalah menggunakan beberapa komponen pengendalian terpadu. Komponen-komponen tersebut antara lain :
 Pemanfaatan Agens Hayati
Penggunaaan bakteri endofit yaitu Bacillus spp. (B. megaterium, B. subtilis). Bakteri endofit mempunyai keunggulan yaitu mampu meningkatkan ketersediaan nutrisi, menghasilkan hormon pertumbuhan, mengendalikan penyakit tumbuhan (Kloeper et al. 1992 dalam Harni et al. 2007), serta dapat menginduksi ketahanan tanaman (Hallman, 2001 dalam Harni et al. 2007).
Sedangkan bakteri endofit Bacillus spp. dapat menghalangi infeksi P. brachyurus kedalam akar. Sehingga perlakuan dengan ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman nilam (berat tajuk tanaman, berat akar, dan panjang akar).
Selain Bacillus spp. bakteri Pseudomonas penetrans, jamur Arthrobotrys sp., Dactylaria sp., dan Dactylella sp juga dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda, keuntungannya dapat meningkatkan produksi daun basah 31-71% (Mustika et al. 2001 dalam Mustika, 2010).
 Penggunaan varietas toleran
Nilam jawa lebih tahan terhadap P. brachyurus , hal tersebut disebabkan karena tingginya kandungan fenol dan lignin dalam akar (Nuryani, et al. 2001 dalam Mustika, 2010).
 Pergiliran tanaman dan Penggunaan tanaman perangkap
Penanaman Tegetes (Tagetes patula), jarak (Ricinus communis), wijen (Sesamum indicum) dapat mengurangi infeksi P. brachyurus, karena tanaman ini dapat mengeluarkan eksudat akar yang toksik terhadap nematoda (Mustika et al., 2001 dalam Mustika, 2010).
 Teknik Budidaya
Penambahan bahan organik (takaran pupuk yang tepat) ke dalam tanah akan meningkatkan daya tahan menahan air dan kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan tanaman meningkat dan tanaman lebih tahan terhadap nematoda.
 Penggunaan Pestisida Nabati
Tanaman mimba (Azadirachta indica), srikaya (Annona squamosa), jarak (R. communis), serai wangi (Cymbopogon nardus), lempuyang pahit (Zingiber americans), lempuyang wangi (Z. aromaticum) dapat mengurangi infektifitas serangan nematoda. Mimba dan jarak sangat efektif untuk mengurangi populasi nematoda (Mustika dan Harni, 2001 dalam Mustika, 2010).
 Penggunaan pestisida kimiawi
Penggunaan pestisida kimiawi harus merupakan alternatif terakhir apabila teknik pengendalian yang lain dinilai tidak berhasil dan juga harus dilakukan secara bijaksana.






KESIMPULAN

Nematoda adalah salah satu jenis organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai jenis tanaman utama di Indonesia dan negara-negara tropis lainnya. Hasil penelitian di beberapa daerah sentra pertanaman nilarn ditemukan beberapa jenis nematoda di antaranya, Pratylenchus brachyurus, Rotylenchulus, Meloidogyne incognita, M. hapla, Radopholus similis, Scutellonema, Helicotylenchus,Hemicriconemoides, dan Xiphinema. Di antara jenis nematoda tersebut Pratylenchus brachyurus sangat luas penyebarannya dan berperan dalam menimbulkan penyakit pada tanaman nilam
Pratylenchus brachyurus merupakan nematoda yang berukuran sangat kecil diantara nematoda parasit tumbuhan lain. Lebar tubuh nematoda ini antara 40 µm hingga 160 µm, dengan panjang tubuh antara 0,4-0,7 mm, sedangkan diameter tubuh 20-25µm. Pada beberapa jenis kedua kelamin terpisah, tetapi beberapa jenis yang lain jenis kelamin jantan tidak terdapat.
Pengendalian biologi dengan menggunakan bakteri endofit merupakan salah satu komponen pengendalian yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bakteri endofit yang diisolasi dari tomat seperti Pantoea agglomerans, Cedecea davisae, Enterobacter, dan Pseudomonas putida dapat mengurangi populasi dan jumlah puru Meloidogyne incognita 18-45%.













DAFTAR PUSTAKA

Agrios, george. N.1995. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

        
Rita Harni, Abdul Munif, Supramana, Ika Mustika., 2007. Potensi Bakteri Endofit Pengendali Nematoda Peluka Akar (Pratylenchus brachyurus) pada Nilam. Hayati Journal of Biosciences 14. 1-6.

Ika Mustika dan Yang Nuryani., 2006. Strategi pengendalian nematode parasit pada tanaman nilam. Jurnal Litbang Pertanian.  1- 9.

Nasrun dan yang Nuryani., 2007. Penyakit layu bakteri pada nilam dan strategi pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. 1-9.

Jurnal Littri 16(1), Maret 2010. Hlm 43-47 ISSN 0853-8212 : Pengaruh filtrat bakteri endofit terhadap mortalitas, penetasan telur dan populasi nematoda peluka akar Pratylenchus brachyurus pada nilam