SISTEM
PERTANIAN
Kemajuan ilmu dan
teknologi, peningkatan kebutuhan hidup manusia, memaksa manusia untuk memacu produktifitas menguras lahan,
sementara itu daya dukung lingkungan mempunyai ambang batas toleransi.
Sehingga, peningkatan produktivitas akan mengakibatkan kerusakan lingkungan,
yang pada ujungnya akan merugikan manusia juga. Berangkat dari kesadaran itu
maka muncullah tuntutan adanya sistem pertanian.
A. Perkembangan
Pertanian
Zaman Mesopotamia yang merupakan
awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang turut menentukan sistem
pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan
pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan juru
tulis - juru tulis.
Pertanian muncul ketika
suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri.
Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong
kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan
alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi
pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian
diistilahkan sebagai kebudayaan
agraris.
B.
Sistem Bertanam Daerah Tropika
Daerah tropis
kering dicirikan oleh adanya perbedaan yang nyata antara musim penghujan dan
kemarau. Di daerah semacam ini dibutuhkan sistem pertanaman yang menghasilkan
pangan yang cukup dan bergizi, meskipun terjadi variasi curah hujan yang sangat
tinggi dari tahun ke tahun dan musim kemarau yang panjang. Hasil pertanian yang
tinggi tergantung pada pemanfaatan curah hujan selama musim hujan dan air yang
tersimpan di dalam tanah selama musim kering. Karena itu tanaman yang
mengkonsumsi air secara efisien serta menghasilkan produksi tinggi dan bernilai
gizi tinggi yang seharusnya ditanam.
Krisis ekonomi dan perubahan iklim di
Asia dan Pasifik telah membuktikan kelemahan-kelemahan tersebut, dan dampaknya pada
kegagalan panen yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian petani bahkan
perekonomian nasional. Curah hujan yang lebih rendah dari yang diperkirakan
berpengaruh terhadap penyiapan lahan dan gangguan pertumbuhan tanaman. Hal ini
menyebabkan penyempitan luas tanam dan produksi rendah. Krisis ekonomi
berdampak pada harga dan ketersediaan sarana produksi pertanian.
Penerapan sistem
tumpang sari pada bedeng permanen mengurangi ketergantungan petani terhadap
berbagai masalah seperti pendanaan dan iklim serta memperbaiki jumlah dan kualitas
gizi pangan yang dihasilkan.
-
Pola Curah Hujan
Daerah tropis kering dicirikan oleh perbedaan yang
nyata antara musim hujan dan kemarau setiap tahun. Variasi curah hujan tahunan
sangat tinggi. Pada musim penghujan ada periode dengan intensitas curah hujan
tinggi yang dapat menyebabkan mampat air dan genangan. Namun, ada pula periode selama
dua minggu atau lebih tanpa hujan dalam musim penghujan. Dengan demikian
tantangan tersebut dapat diantisipasi dengan menumbuhkan tanaman yang mampu
memanfaatkan curah hujan secara efisien selama musim hujan dan mampu
memanfaatkan air yang tersimpan di dalam tanah pada musim kemarau.
-
Distribusi Curah Hujan pada Musim Hujan
Hujan
tidak terjadi secara merata sepanjang musim hujan. Hujan lebat terjadi dalam
waktu yang pendek lalu diikuti oleh periode kering yang bisa terjadi selama 3
minggu. Periode tanpa hujan acapkali terjadi dalam bulan-bulan musim hujan, dan
hal ini terjadi setiap tahun. 6 Periode kering setelah bertanam dapat
menyebabkan pembenihan mati. Periode kering pada fase pertumbuhan menyebabkan
tanaman kerdil. Periode kering pada fase pembungaan dapat mengakibatkan
berkurangnya jumlah biji yang dihasilkan. Periode kering pada fase pengisian
biji dapat mengurangi hasil panen dan mengakibatkan rendahnya mutu biji.
-
Sistem
Produksi
Hasil panen padi sawah tadah hujan sangat
terbatas di daerah tropis kering karena musim hujan terlalu pendek dan kejadian
hujan tidak menentu. Padi juga membutuhkan pupuk dan perlindungan terhadap hama
dan penyakit agar diperoleh hasil yang baik. Jika petani tidak memiliki akses
untuk mendapatkan sarana-sarana tersebut, produksi mereka rendah. Sangatlah
sulit juga menumbuhkan tanaman tegalan pada tanah yang telah ditanami padi
dengan sistem tergenang.
Tegalan dan ladang memiliki
kendala terutama kurangnya curah hujan, tanah yang kesuburannya rendah, banyak
rumput liar dan erosi. Meningkatnya jumlah penduduk memaksa petani peladang
untuk lebih sering berladang ke lahan semula tanpa memberikan waktu yang cukup
untuk mengembalikan kesuburan tanah secara alamiah.
Petani mengumpulkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhannya akan buah, bahan bakar,
tanaman obat-obatan, kayu bangunan dan makanan ternak. Hutan juga menyediakan bahan
makanan bilamana tanaman pertanian mengalami gagal panen. Demikian pula petani memburu
binatang liar. Namun hutanpun ditebang (digunduli) untuk dijadikan perkebunan.
Dengan demikian para petani sudah tak lagi dapat menggantungkan penghidupannya
pada hutan guna memenuhi kebutuhan mereka.
Kebun
pekarangan ditanami dengan tanaman tahunan pada musim hujan. Juga pohon-pohon
memberikan naungan, buah dan makanan ternak. Kebun semacam ini sangat penting
bagi petani yang tidak memiliki peluang untuk mengumpulkan hasil hutan.
-
Masalah
yang Berhubungan dengan Hasil Pangan di Daerah Tropis Kering
·
Erosi
Tanaman
tegalan, seperti jagung, sorgum, ubi jalar dan kacang-kacangan, tidak
membutuhkan banyak air sebagaimana padi, tetapi tanaman-tanam an tersebut
ditanam di lahan miring pada musim hujan karena tidak tumbuh secara baik di
lahan datar karena tanahnya sering digenangi air. Padi tumbuh baik dalam tanah yang tergenang air,
tetapi di daerah tropis kering musim hujan terlalu pendek dan tidak menentu
sehingga hasil yang baik tidak bisa diharapkan. Akibatnya,
padi mengalami kegagalan disebabkan oleh ketidakpastian curah hujan dan tanaman
tegalan tidak berproduksi secara baik karena rendahnya kesuburan tanah pada
lahan miring.
Padi
sistem tergenang membutuhkan banyak air guna mencapai hasil tinggi. Jika tidak
tersedia cukup air, hasil dan mutu padi menurun. Tanaman padi sering kali gagal
panen di daerah tropis kering.
Sangatlah sulit mengusahakan tanaman tegalan setelah
panen padi. Hal ini disebabkan karena tanaman-tanaman selain padi tidak bisa
tumbuh baik di tanah yang sebelumnya telah digenangi. Penggenangan membunuh
jasad-jasad renik yang tinggal di dalam tanah dan bermanfaat mampu menyediakan nutrisi
bagi pertumbuhan. Penggenangan dapat mengakibatkan pemadatan tanah sehingga
menghambat pertumbuhan akar. Jika memungkinkan bagi petani untuk membuat bedeng
pada musim kering, maka tanaman selain padi tidak akan mengalami mampat air
jika hujan dan juga saluran di sekeliling bedeng dapat dimanfaatkan sebagai
saluran irigasi. Namun demikian membuat bedeng dan merusaknya kembali untuk
pertanaman padi bila lahan akan ditanami padi lagi adalah suatu pekerjaan yang
besar. Bedeng ini seharusnya bersifat permanen meskipun pada bedeng tersebut
hendak ditanami padi.
Di
pulau Jawa, petani menerapkan suatu sistem yang disebut sistem surjan, yaitu kombinasi antara
tanaman tegalan dan padi sawah di lahan yang sama. Sistem ini dibangun dengan cara
menggali tanah dan menumpukkannya di atas bagian lahan yang tidak tergali
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bedeng.
Padi
ditempatkan pada bagian lahan yang digali, sedangkan tanaman tegalan ditanam
pada bedeng.
Sistem
seperti ini memberikan peluang bagi petani untuk mengusahakan tanaman tegalan
pada musim hujan. Penyiapan untuk sistem ini membutuhkan banyak tenaga dan
tanah yang cukup dalam. Jika air hanya tersedia untuk satu musim padi saja,
maka bagian lahan yang diperuntukkan bagi padi dibiarkan kosong selama musim
tanam kedua. Kalau tidak petani harus membuat bedeng sehingga mereka dapat
menanam palawija setelah panen padi pertama.
-
Sistem
Bertanam
Bedeng yang dibangun pada tanah
yang gampang tergenang dapat memberikan peluang penanaman sejumlah tanaman
selain padi. Dapat dikemukakan di sini beberapa contoh sistem pertanaman yang
berproduksi baik di daerah kering. Meskipun demikian, petani diharapkan tidak
hanya mencoba sistem-sistem ini tetapi dapat pula mengembangkan
kombinasi-kombinasi baru yang sesuai dengan lingkungan dan keperluannya.
Bedeng kecil
Padi dapat secara langsung
ditugal pada permukaan bedeng di awal musim hujan. Sesudah padi dipanen, kacang
hijau dapat ditanam diantara tunggul rumpun padi. Tanaman kacang-kacangan
(legum) ditanam sesudah tanaman bukan kacang-kacangan (non legum). Tanaman lain
yang dapat bertumbuh baik pada musim hujan adalah kedelai. Kedelai dapat
ditanam langsung di permukaan bedeng pada awal musim hujan. Sesudah kedelai
dipanen, sorgum dapat ditugal pada permukaan bedeng. Tanaman bukan
kacangkacangan ditanam sesudah tanaman kacang-kacangan. Jika ada fasilitas
irigasi, tanaman-tanaman lain seperti sayur-sayuran dapat ditanam pada musim
kemarau.
ժ
Bedeng besar
Tanaman-tanaman selain padi
dan kedelai peka terhadap kelebihan air. Oleh karena itu, untuk menjamin
keberhasilan tanaman tersebut di musim hujan, pembuatan bedeng besar diperlukan.
Berbagai kombinasi tanaman tegalan dapat ditanam pada awal musim hujan untuk
memenuhi kebutuhan makanan bergizi petani. Tanaman berumur pendek, menengah dan
panjang perlu ditanam di musim hujan untuk menjamin hasil yang maksimum. Oleh
karena setiap tanaman masak pada waktu yang tidak bersamaan maka panen dapat dilakukan
beberapa kali sepanjang musim. Kombinasi tanaman biji-bijian, kacang-kacangan
dan umbiumbian dapat menjamin kecukupan pangan dan nilai gizi makanan yang
lengkap. Sementara tanah masih lembab, tanaman-tanaman yang dapat berbunga
ulang, seperti sorgum dan kacang tunggak, dapat dipanen berulang-ulang. Tanaman
umbi-umbian dapat dipanen manakala diperlukan.
ժSayuran dapat ditanam pada
bedeng besar di musim hujan. Tanaman sayuran yang berumur pendek menyediakan
makanan bergizi sementara petani masih menunggu hasil tanaman lain. Sayuran
yang ditanam musim hujan umumnya memiliki harga yang lebih mahal dari pada
sayuran di musim kemarau sebagai akibat tidak banyaknya petani yang menanam
sayuran di musim hujan. Beberapa bedeng besar dapat ditanam dengan tanaman
jenis makanan ternak yang dapat dipanen pada musim kemarau ketika bahan pakan
ternak langka. Bercocok tanam aneka macam tanaman tahunan pada beberapa bedeng
sangat berguna karena akan memperbaiki kecukupan pangan dan keanekaragaman
bahan pangan. Beberapa tanaman tahunan memerlukan waktu beberapa tahun sebelum
bisa dipanen. Tanaman tahunan yang lambat masak dapat ditumpangsarikan dengan
tanaman yang lebih cepat masak. Merujuk pada “Pohon-pohon multiguna” untuk
mendapatkan aneka fungsi tanaman tahunan.
C.
SISTEM
PERTANIAN INDONESIA
Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu
sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam.
Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada
ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem
ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan
ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman
pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
Sistem tegal
pekarangan
berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup.
Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun
demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang
menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan.
Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan
dan pohon-pohonan.
Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang
tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai
stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan.
Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik.
Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun
palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan
sistem sawah.
Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun
perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan
perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan
bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan
hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang
industri pertanian.
Pertanian Berkelanjutan
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi
komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi, yang direpresentasikan
dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia
dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan
pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan
bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan
nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Dalam usaha mengalihkan
konsekuensi-konsekuensi negatif pertanian konvensional, beberapa format sistem
pertanian berkelanjutan yang berbeda telah direkomendasikan sebagai
alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang
dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Kepentingan
dalam sistem pertanian alternatif ini sering dimotivasi dengan suatu keinginan
untuk menurunkan tingkat kesehatan lingkungan dan kerusakan lingkungan dan
sebuah komitmen terhadap manajemen sumberdaya alam yang berkeadilan.
SISTEM PERTANIAN ORGANIK
- Latar belakang diaktifkannya pertanian organik
Dikembangkannya sistem pertanian
revolusi hijau di Indonesia.
Revolusi
hijau mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lahan berupa menurunnya
kesuburan fisik dan biologi tanah. Pertanian organik diharapkan mampu mngembalikan
kondisi alam yg telah kacau balau akibat dari proses revolusi hijau. Dengan
penerapan sistem pertanian organik, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah dapat dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sehingga menciptakan
pertanian yg berkelanjutan.
- Pengertian dan defenisi pertanian organik
-
Dalam arti sempit, pertanian organik adalah pertanian yang bebas dari bahan –
bahan kimia.
-
Dalam arti luas, pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan
kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh
dan aditif pakan).
- Tujuan diterapkan sistem pertanian organik
Adapun tujuan dari sistem pertanian
organik adalah menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan)
yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan
lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
- Konsep pertanian organik
Konsep awal pertanian organik yang
ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian
organik itu sendiri, dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau
sangat dibatasi.
Dalam pengembangan pertanian organik
di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala antara lain pupuk hayati masih
berada di tahap awal pengembangan dan belum ditemukan kombinasi yang sesuai
antara pupuk kimia/pupuk hayati yang sesuai dengan kondisi tanah. Adanya hama “transmigran” dari kebun
yang nonorganic.
Akibat
rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada. Pasar terbatas, karena produk
organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
Kesulitan
menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai kotoran ternak
dalam jumlah besar dan kontinu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar