DAFTAR
ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
. . . . . . . . . . .. . . .. . . . .. . .
i
Daftar Isi . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
- Tujuan . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
BAB II ISI
- Analisis Permasalahan . . .. . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
- Implikasi kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
- Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman . . . . . 5
- Efesiensi Fotosintesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
- Efesiensi Penggunaan air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 8
- Manfaat agroklimatologi bagi tanaman . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
- Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Budidaya tanaman pertanian sangat tergantung pada
iklim dan cuaca. Unsure cuaca yang berpengaruh adalah intensitas cahaya
matahari, suhu, curah hujan, dan kelembaban. Semuanya terikat dan saling
mempengaruhi.
Data mengenai keadaan cuaca sangat penting artinya
bagi dunia pertanian antara cuaca dan pertanian mempunyai hubungan yang khas
yang sering dikenal dengan klimatologi pertanian. Hubungan yang khas itu dapat
dilihat dari pengaruh ketinggian tempat, vegetasi alam dan jenis tanaman yang
cocok untuk ditanam serta waktu yang tepat untuk penanaman suatu komoditi. Hubungan yang lebih luas antara cuaca dan pertanian tercakup didalamnya
lama musim pertanaman, hubungan antara laju pertumbuhan ataupun hasil panen
dengan factor atau unsure cuaca dari pengamatan unsure cuaca dari pengamatan
jangka panjang.
Dari data iklim ini akan dapat diketahui kesesuaian
iklim yang optimum bagi tanaman serta batas-batas ekstrimnya, dapat pula
dibahas tentang kebutuhan air irigasi, perkembangan iklim terhadap perkembangan
maupun penyebaran hama dan penyakit tanaman, serta hubungan iklim dengan
berbagai kegiatan pertanian lainnya. Pada hakekatnya klimatologi pertanian
merupakan kesimpulan dari pengamatan metereologi pertanian dalam jangka panjang
didaerah luas.
- TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui dampak perubahan iklim dan dampaknya terhadap produksi pertanian.
PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA TERHADAP PODUKSI PERTANIAN
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di
daerah katulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan
iklim. Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara,
serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan
beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Perubahan iklim
akan menyebabkan: (a) seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara,
dengan laju yang
lebih
rendah dibanding wilayah subtropis; (b) wilayah selatan Indonesia mengalami
penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan mengalami peningkatan curah
hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal dan panjang
musim hujan. Di wilayah Indonesia bagian selatan, musim hujan yang makin pendek
akan menyulitkan upaya meningkatkan indeks pertanaman (IP) apabila tidak
tersedia varietas yang berumur lebih pendek dan tanpa rehabilitasi jaringan
irigasi. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi
kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan
risiko kekekeringan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia bagian utara,
meningkatnya hujan pada musim hujan akan meningkatkan peluang indeks penanaman,
namun kondisi lahan tidak sebaik di Jawa. Tren perubahan ini tentunya sangat
berkaitan dengan sektor pertanian.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap
perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis
Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan
untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience)
terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Upaya yang sistematis dan
terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai
pemangku kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sektor pertanian.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun
kebijakan
kunci Departemen Pertanian dalam rangka melaksanakan agenda adaptasi mulai
tahun 2007 sampai 2050, yang meliputi rencana aksi yang bersifat jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
Perubahan iklim dengan segala penyebabnya secara
faktual sudah terjadi di tingkat lokal, regional maupun global. Peningkatan
emisi dan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) mengakibatkan terjadinya pemanasan
global, diikuti dengan naiknya tinggi permukaan air laut akibat pemuaian dan
pencairan es di wilayah kutub. Naiknya tinggi permukaan air laut akan
meningkatkan energi yang tersimpan dalam atmosfer, sehingga mendorong
terjadinya perubahan iklim, antara lain El Nino dan La Nina. Fenomena El Nino dan La Nina sangat berpengaruh terhadap kondisi
cuaca/iklim di wilayah Indonesia dengan geografis kepulauan. Sirkulasi antara
benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Atlantik sangat
berpengaruh, sehingga wilayah Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari
perubahan iklim. Hal ini diindikasikan dengan terjadinya berbagai peristiwa
bencana alam yang intensitas dan frekuensinya terus meningkat. Fenomena El Nino adalah naiknya suhu di Samudera Pasifik
hingga menjadi 31°C, sehingga akan menyebabkan kekeringan yang luar biasa di
Indonesia. Dampak negatifnya antara lain adalah peningkatan frekuensi dan luas
kebakaran hutan, kegagalan panen, dan penurunan ketersediaan air. Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari El Nino, yaitu gejala menurunnya suhu permukaan
Samudera Pasifik, yang menyebabkan angin serta awan hujan ke Australia dan Asia
Bagian Selatan, termasuk Indonesia. Akibatnya, curah hujan tinggi disertai
dengan angin topan dan berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor
besar.
ANALISIS PERMASALAHAN
Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek
kehidupan dan sector pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia,
infrastruktur, pesisir dan sektor lain yang terkait dengan ketersediaan pangan
(pertanian, kehutanan dan lainnya) telah mengalami dampak perubahan tersebut. Di
sektor pertanian, sama dengan sektor lainnya, belum ada studi tingkat nasional
yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sumber daya iklim, lahan, dan
sistem produksi pertanian (terutama pangan). Beberapa studi masih dilakukan
pada tingkat lokal, seperti pengkajian dampak perubahan iklim pada hasil padi
dengan menggunakan model
simulasi.
Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan kemampuan
beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur sosial-ekonomi,
besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang tersedia. Di Indonesia, upaya-upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1990, walaupun
Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi target penurunan
emisi
GRK. Untuk memperkuat pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di
Indonesia pada sektor pertanian, perlu ditetapkan strategi nasional mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim secara terintegrasi, yang melibatkan berbagai instansi
terkait.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Perlunya pemahaman yang baik terhadap fenomena dan
dampak perubahan iklim global pada sektor pertanian dan strategi antisipasi
yang harus dilakukan. Untuk itu, hasil kegiatan penelitian/pengkajian dan
adaptasi yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian perlu
diinventarisasi untuk dirumuskan dan disosialisasikan ke berbagai kalangan.
Perlu penelitian/pengkajian
yang lebih komprehensif dan intensif terhadap komponen sumber daya,
infrastruktur, dan sub sektor pertanian, serta daerah-daerah rawan atau yang
telah terkena dampak perubahan iklim, serta adaptasi yang telah, sedang dan
akan diterapkan. Dalam menghadapi dan menanggulangi dampak perubahan iklim,
terutama kekeringan dan banjir perlu adanya (a) Standard Operating Procedure (SOP) tentang informasi perubahan iklim
serta mekanisme penyampaiannya ke pengguna terutama petani, dan (b) Sekolah
Lapang Pertanian (SLP) yang terintegrasi untuk berbagai aspek seperti
pengelolaan informasi iklim/air, pengendalian hama terpadu, agribisnis, dan
lain-lain. Program Penelitian Konsorsium “Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sektor Pertanian, Strategi Antisipasi, dan Teknologi Adaptasi” dibangun dengan
tujuan untuk: (a) menggalang komunikasi di antara Lembaga Penelitian/Perguruan
Tinggi, baik nasional maupun internasional, (b) mengintegrasikan dan
mensinergikan kegiatan-kegiatan penelitian yang berkaitan dengan perubahan
iklim, dan (c) melaksanakan penelitian secara terintegrasi yang melibatkan
berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Program penelitian konsorsium
lebih ditujukan pada pengkajian/analisis dampak biofisik (sumber daya,
infrastruktur/ sarana, sistem produksi dan aspek sosial ekonomi), konsep
strategi antisipasi, mitigasi dan penanggulangan (adaptasi teknologi), dan
membangun kemampuan prediksi dan penyampaian informasi. Kegiatan yang berkaitan
dengan perakitan teknologi, terutama varietas unggul, akan dikaitkan dengan
program penelitian balai penelitian komoditas. Penyusunan dan penyampaian hasil
prakiraan musim yang menjadi otoritas BMG perlu dilakukan lebih sering dan
cepat, minimal 4 kali setahun. Hasil prakiraan tersebut perlu diformulasikan
oleh Pokja Anomali Iklim dan Badan Litbang Pertanian, agar menjadi informasi
yang lebih aplikatif dan mudah dipahami penyuluh dan petani. Selanjutnya,
informasi matang tersebut perlu segera disampaikan kepada masyarakat pertanian
agar kegiatan adaptasi pertanian dapat segera dilakukan. Selain melakukan
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, kita perlu memanfaatkan perubahan iklim
tersebut, agar menjadi “sahabat” dalam sektor pertanian.
Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan
dan Produktivitas Tanaman
Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman pangan akibat
terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah bumi yang memanas. Berdasarkan
pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan akan lebih rendah dibanding permodelan
iklim yang lemah dan kasar menggunakan komputer. Berdasarkan permodelan
komputer, muka bumi rata-rata akan memanas sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2
meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim akan memanas 3 kali 1,5OC pada
akhir abad nanti, dan pemanasaan terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah
dikhatulistiwa. Kedua, kenaikan suhu dapat
diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan. Untuk kebanyakan tanaman
pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan dalam ketersediaan air memiliki
akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim secara
regional telah dimodelkan dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding
model untuk iklim global. Perubahan yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola
hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang tinggi akan menguntungkan produksi tanaman
pangan beririgasi. Pertambahan areal pertanian beririgasi di Amerika terjadi di
delta misisipi dan dataran utara. Hal serupa terjadi di India, China dan Rusia
bagian selatan. Di USA, area tanam jagung dan gandum musim dingin akan bergeser
ke utara dan akan digantikan sorgum dan padi-padian.
Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang
berpengaruh terhadap produktifitas pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi
pertanian yang terkait zona suhu, baik bagi pertambahan maupun intensitas masa
tanam atau satuan tingkat pertumbuhan. Perhatian petani akan tertuju pada
perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan, salju, lama musim tanam,
dan beda suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan.
Stabilitas dan keandalan produksi adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah
produksi itu sendiri. Keprihatinan
akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi akan
diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis
dan berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil.
Selama 70 tahuan, perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA,
Rusia, India, China, Argentina, Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan
cuaca baik dapat menjaga keamanan pangan negara dari cuaca yang buruk.
Kekeringan secara menyeluruh di dunia hampir tak pernah terjadi saat ini.
Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat
mengantisipasi perubahan iklim, perubahan itu akan menambah masalah yang harus
ditangani dalam dasa warsa kedepan. Masalah lain adalah Kelangkaan air dan
kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan energi dari bahan bakar
fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa praktek
yang membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah
bersamaan dengan tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus
terus ditingkatkan. Prakiraan terjadinya perubahan iklim membuat penelitian
pertanian yang komprehensif menjadi sangat penting dalam menghadapi perubahan
itu secara efektif.
Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi
usaha peningkatan produktivitas tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan
lingkungan, yang kini tengah dilakukan melalui rekayasa genetik, perlakuan
kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan memberi dua manfaat sekaligus, baik
sebagai pelindung mengahadapi perubahan jangka pendek lingkungan, seperti
kemarau dan juga membantu menghadapi perubahan iklim dalam jangka panjang, dan
untuk mengkapitalisasi sumberdaya hayati bagi peningkatan produksi.
Pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik muncul, mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah disimpulkan oleh beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat merupakan penyederhanaan yang sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan yang sangat kompleks. Dan tak dapat dibuktikan bahwa pengeluaran gas rumah kaca akan berpengaruh signifikan terhadap iklim dunia, sebab-sebab pemanasan global juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.
Pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik muncul, mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah disimpulkan oleh beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat merupakan penyederhanaan yang sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan yang sangat kompleks. Dan tak dapat dibuktikan bahwa pengeluaran gas rumah kaca akan berpengaruh signifikan terhadap iklim dunia, sebab-sebab pemanasan global juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.
Efisiensi Fotosintesis
Hanya sedikit keraguan bahwa kadar
CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi fototosintesis ketika faktor lain
yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan unsur hara) mencukupi.
Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan
fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50% karbohidrat hasil
fotosintesa kembali menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi
diperkirakan akan menurun. Peningkatan Biomassa terbukti terjadi ketika
dilakukan pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari fotosintesa netto. Kadar
CO2 yang tinggi memicu penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti
jagung. Peningkatan efisiensi air ini merangsang pertumbuhan tanaman.
Dampak langsung yang dapat dijejaki
dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat fotosintesa daun dan kanopi.
Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm.
Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada perbedaan
antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding
C4. Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas,
percabangan, bibit dan jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring
rasio akar-batang. Rasio C:N bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen
meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya kadar
CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil pertanian diperkirakan akan
meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10%
dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat
pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah
dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan
terkontrol secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial
(padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa
tanaman hutan), yang membuktikannya.
Efisiensi
Penggunaan Air
Kebutuhan utama tanaman yang lainnya
adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas. Air kini telah menjadi
permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia
(China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur
tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh
terhadap produksi tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim
kering yang terjadi. Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh para
petani diberbagai negara produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi semakin
penting dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk pertanian.
Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar
CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari
stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini penguapan air akan menjadi
perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air meningkat.
Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti
yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir
meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting
bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam,
salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan
berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam
atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah meningkatkan efisiensi air
dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi membukanya stomata,
hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman dengan cara
fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran
daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir
efisiensi penggunaan air.
Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi.
Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi.
Banyak tanaman pangan mampu
beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi, ubikayu, ubijalar dan jagung
dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung mampu tumbuh di
areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini. Areal
produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun
ini. Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450
LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi
areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan
rekayasa genetik yang kita miliki perluasan areal tanam akan semakin mungkin
dan cepat terealisasi.
Diperkirakan penggandaan kadar CO2
akan meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika Utara, hal serupa juga
terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China. Tanaman hortikultura
dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA. Tanaman seperti
Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya mulsa dan
pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan
kembalinya era es sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih
dimana produksi tanaman pangan terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.
Manfaat Agroklimatologi bagi Tanaman
- Kita bisa mengetahui kapan tanaman tersebut melakukan stadia tumbuhnya.
- Kita bisa mengetahui umur dari suatu tanaman.
- Kita bisa merancang pola tanam.
- kita bisa memplaning kapan waktu yang tepat untuk mlakukan proses pembudidayaan tanaman misalnya menentukan jadwal pemupukan, jadwal penyemprotan.
- kita bisa mengetahui tanaman yang sesuai untuk suatu daerah
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Berdasarkan
penjelasan sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan, yaitu :
- Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan kemampuan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur sosial-ekonomi, besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang tersedia.
- Dalam menghadapi dan menanggulangi dampak perubahan iklim, terutama kekeringan dan banjir perlu adanya Standard Operating Procedure (SOP) dan Sekolah Lapang Pertanian (SLP).
- Dengan agroklimatologi kita dapat mengetahui umur dari suatu tanaman, merancang pola tanam, melakukan proses pembudidayaan tanaman, dan mengetahui tanaman yang cocok untuk suatu daerah.
- SARAN
Dengan
mengetahui dampak perubahan iklim dan dampaknya terhadap produksi pertanian
diharapkan dapat lebih mengkaji dan menganalisis data iklim untuk pembudidayaan
tanaman dan bagi penulis maupun pembaca dapat melakukan penelitian tentang
iklim seperti apa yang dominan dampaknya terhadap produksi pertanian.
Makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap penulis nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar